Modifikasi Perilaku Melalui Dua Kondisi (Conditioning Event)

Modifikasi perilaku berkaitan dengan bagaimana cara atau teknik mengubah perilaku dari makhluk hidup baik manusia maupun hewan dari suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif.

Individu masih dipandang sebagai objek studi ilmu pengetahuan yang menarik oleh ilmu Psikologi. Ketertarikan pada manusia dan perilaku-perilakunya dibuktikan lewat penemuan mengenai kemungkinan untuk membentuk dan mengontrol ulang bentuk perilaku individu yang ditentukan.

Baca Juga: Macam-Macam Profesi Psikologi

Apa itu Modifikasi Perilaku?

Modifikasi perilaku merupakan cara, proses atau tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku maladaftif menjadi perilaku adaftif dengan mengadopsi prinsip belajar yang sistematis serta teruji dengan benar.

Karakteristik Modifikasi Perilaku

Berikut ini merupakan beberapa karakteristik modifikasi perilaku yang

Affiliate Buku
  1. Memberikan penekanan yang kuat dalam mendefinisikan masalah berdasarkan perilaku yang dapat diukur dengan cara tertentu.
  2. Modifikasi perilaku merupakan prosedur dan teknik penanganan caracara mengubah lingkungan individu untuk membantu berfungsi secara penuh.
  3. Modifikasi perilaku merupakan metode dan alasan yang dapat dideskripsikan secara tepat dan detail.
  4. Modifikasi perilaku merupakan teknik modifikasi perilaku yang sering kali dapat langsung diaplikasikan individu dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Modifikasi perilaku merupakan teknik dan prosedur yang dikembangkan dari riset dasar dan terapan dan prinsip-prinsip pengkondisian operan dan pengkondisian Pavlovian.
  6. Modifikasi perilaku menekankan pembuktian ilmiah bahwa intervensi atau penanganan tertentu terhadap perilaku harus menghasilkan perubahan perilaku yang terukur.
  7. Modifikasi perilaku memberikan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang terlibat dalam program modifikasi perilaku

Studi Lapangan Percobaan

Nah, akhirnya ada juga yang mempraktikkan mengenai dua percobaan menarik dari pendekatan perilaku Psikologi. Keduanya dilakukan atas dasar pertanyaan, yaitu apakah mungkin untuk membentuk perilaku yang sama sekali baru pada manusia?

Pertama dilakukan oleh Pavlov menggunakan binatang percobaan anjing. Muncul hasil yang saat itu membuat takjub para ilmuwan. Pavlov mampu menyetel anjing percobaan meneteskan air liur saat ia membunyikan bel.

Apakah ada rangsang bau ketika bel dibunyikan? Tidak. Apakah anjing melihat ada daging di sekitarnya saat itu? Tidak. Cukup dengan bel. Perilaku anjing hasil percobaan Pavlov menambah variasi perilaku baru pada hewan. Perilaku tersebut tentu saja terjadi tidak secara natural. Perlu kesabaran dan waktu panjang untuk melatihnya.

Kata kunci pada modifikasi perilaku yang dijadikan mazhab behavioral di Psikologi adalah ‘latihan’. Latihan yang diberikan inilah yang sedikit spesial. Menggunakan prinsip asssociative conditioning, anjing dibiasakan untuk disuguhkan daging setelah dibunyikan bel. Sehingga anjing itu terbiasa dengan ‘oh kalau ada bel pasti ada daging’, dan meneteslah air liurnya.

Latihan yang dicoba oleh Pavlov sifatnya temporal, akan hilang bila dalam jangka waktu tertentu Pavlov terus-menerus tidak memberikan daging setelah bel dibunyikan. Pada taraf ini, dianggap anjing bisa belajar dari lingkungan dan hasil belajarnya membentuk pola perilaku yang baru. Hal yang sama pun berlaku pada individu.

Tetapi apakah hanya sampai di situ saja proses belajar individu dari lingkungan? Apabila associative conditioning menemukan cara untuk membentuk pola perilaku baru dengan stimulus yang sebelumnya tidak ada hubungannya dengan respon perilaku yang dimaksudkan, operant conditioning mampu untuk menghilangkan perilaku yang telah ada dan memperkuat intensitas perilaku.

Berawal dari Thorndike yang merumuskan reinforcement, reward, dan punishment memiliki pengaruh terhadap keputusan performansi perilaku mendatang. Reinforcement dan reward akan memperkuat perilaku serta punishment akan mengurangi dan menghilangkan perilaku.

Reseller Buku

Uniknya, pada mazhab behavioral proses kognitif dianggap tidak cukup signifikan untuk memberikan kontribusi pada perubahan perilaku. Padahal dalam opini saya, adanya konsekuensi dari perilaku sebagai penentu pola perilaku yang diterapkan oleh operant conditioning, menjadikan bagian dimana pola pikir juga ikut serta. Ketika individu mendapatkan konsekuensi, bukankah ia mempertimbangkan baik-buruk, untung-rugi dan konsekuensi tindakannya?

Baca juga: Tujuan Mempelajari Psikologi Pendidikan

Oleh : Sarah Kartika Pratiwi

Mengingat ulang dari buku referensi: Passer, M.W & Smith, R.E. 2008. Psychology: The Science of Mind and Behavior. USA: McGraw-Hill.

Tinggalkan komentar