Fakta Klasifikasi Buku Perpustakaan dan Cara Klasifikasi

Fakta Klasifikasi Buku Perpustakaan Yang Banyak Masyarakat Tidak Tahu – Saat saya menyebutkan klasifikasi buku perpustakan, apa yang akan terlintas dalam pikiran kamu? Memang secara umum klasifikasi dapat diartikan sebagai pengkategorisasikan atau mengelompokan buku bukan? Memang benar demikian. Tetapi ada yang berbeda jika konteksnya adalah klasifikasi buku perpustakaan. 

Pustakawan, sebutan untuk petugas perpustakaan melakukan klasifikasi buku perpustakaan ada aturan mainnya. Jadi tidak asal mengelompokan buku. 

Tentu saja tujuan dari klasifikasi buku tidak lain untuk memudahkan dalam pencatatan sekaligus membantu dalam memudahkan mencari koleksi buku di perpustakaan. Terlepas dari itu semuanya, ternyata ada klasifikasi buku perpustakaan yang tidak semua orang tahu. 

Penasaran bukan? Nah, pada kesempatan kali ini akan dibahas fakta yang tidak banyak orang tahu yang dilakukan pustakawan saat melakukan klasifikasi buku perpustakaan. 

Fakta Klasifikasi Buku Perpustakaan Yang Banyak Masyarakat Tidak Tahu

Berikut ini merupakan fakta penting mengenai klasifikasi buku perpustakaan yang sebaiknya diketahui.

Affiliate Buku

1. Mengenal Lebih Dekat Klasifikasi Buku Perpustakaan 

Setiap buku yang masuk di perpustakaan baik itu perpustakaan desa hingga perpustakaan daerah pastinya belum memiliki identitas punggung yang dibuat dari pihak perpustakaan. Biasanya pustakawan akan memberikan label sebagai identitas buku. Jadi klasifikasi buku perpustakaan yang hendak diberi label identitas tidak dilakukan asal loh. Mereka mengklasifikasi menggunakan aplikasi Dewey Decimal Classification (DDC). 

Setidaknya dengan menggunakan aplikasi DDC terbukti lebih efektif menghemat waktu dan secara administrasi jauh lebih rapi dan cepat. Mudah pula dalam menemukan kode klasifikasi sesuai dengan judul bukunya. 

Baca juga : 6 Kriteria Perpustakaan Desa Berstandar Nasional

2. Peranan Decimal Classification DCC untuk Klasifikasi buku Perpustakaan

Sistem Dewey Classification (DDC) adalah aplikasi yang dibuat oleh Melvi Dewey pada tahun 1876. Pertama Kali belum semodern sekarang, dulu masih berupa pamflet dan judul pertama kalinya adalah “a classification and subject index for cataloguing and arranging the books and phamplets of a library. 

Waktu terus berjalan dan berlalu, tentu saja DDC juga terus dikembangkan. Hingga pada 2003 lahir DDC yang edisi 22 tahun. Selain DDC, ada juga UDC yang merupakan pengembangan DDC. 

Sistem yang digunakan dalam DDC berprinsip desimal dalam membagi cabang ilmu pengetahuan. DDC minimal 3 angka arab untuk notasi. Ini berbeda dengan UDC yang hanya satu angka arab untuk notasinya. Kembali lagi ke klasifikasi buku perpustakaan menggunakan DDC. Ternyata DDC membagi ilmu pengetahuan manusia menjadi 10 klas utama, setiap kelas utamannya dibagi lagi menjadi 10 divisi, dan setiap divisi juga akan dibagi lagi menjadi 10 seksi. Sehingga jika disimpulkan DDC memiliki 10 kelas utama, dan memiliki 100 dividi dan 1000 seksi.

Baca juga : 5 Cara Meningkatkan Pengunjung Perpustakaan Yang Efektif

3. Pemakaian Sistem Klasifikasi Buku Perpustakaan Menggunakan DDC 

Reseller Buku

memang untuk pencatatan atau klasifikasi tidak hanya DDC saja, tetapi juga ada NTIS. karena beberapa sebab, maka sistem klasifikasi DDC sekarang lebih banyak digunakan. Alasannya sederhana, karena kebijakan lembaga agar pertukaran data koleksi bida digunakan demi kebutuhan kerjasama perpustakaan. 

Klasifikasi buku perpustakaan yang menggunakan NTIS lebih sering digunakan untuk pelabelan buku-buku atau bahan pustaka yang melalui OPAC. Sedangkan DDC lebih sering digunakan untuk koleksi pertukaran data koleksi. Mungkin ilmu ini bagi pustakawan informasi biasa yang wajib mereka ketahui. Tetapi ilmu ini tidak banyak dipahami dan diketahui oleh masyarakat umum loh. 

Fakta lain terkait dengan klasifikasi DDC dan NTIS adalah keduanya berperan dan berfungsi untuk menyusun koleksi buku sesuai rak sekaligus menentukan lokasi rak buku itu berada. Beberapa perpustakaan menggunakan NTIS untuk klasifikasi menentukan koleksi rak, sedangkan DDC digunakan untuk mengklasifikasi entri data dalam sistem perpustakaan, sehingga keduanya tetap digunakan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Klasifikasi DDC dan NTIS 

Sebenarnya antara NTIS dan DDC memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Jika dilihat dari kesederhanaannya, NTIS yang memiliki digit dua dianggap lebih sederhana dibandingkan DDC yang 3 digit. Seperti yang dilansir oleh perpusnas.go.id sistem klasifikasi NTIS memiliki subjek berjumlah 39 lebih rinci. Sementara pada sistem klasifikasi DDC digolongkan pada 10 kelas utama. Dalam pelabelan bahan pustaka, sistem klasifikasi NTIS lebih mengacu pada jenis dokumen.  Misal Kategori B untuk buku, dan L untuk jenis dokumen  atau laporan. 

Kelemahan dari kedua cara mengklasifikasi buku perpustakaan ini sama-sama membutuhkan proses dalam menentukan notasi kelas. Karena tetap perlu dipelajari terlebih dahulu untuk koleksi atau bahan pustaka yang yang baru.

Baca juga : Kegiatan Menarik Di Perpustakaan Yang Buat Siapapun Betah

Promo Buku

5. Tujuan Penulisan Klasifikasi Buku Perpustakaan 

Tidak dapat dipungkiri ada banyak buku di perpustakaan. Tidak hanya 50 atau 100 koleksi buku, lebih dari itu. Jadi jika tidak di data atau tidak diklasifikasi, akan sulit. Bahkan ketika sudah diklasifikasi, penting juga untuk membuat katalog buku, untuk memudahkan mencari lokasi dimana penyimpanan dan kode label buku. 

Terkait dengan klasifikasi buku perpustakaan ada beberapa jenis untuk menentukannya. Ada yang dibuat berdasarkan fisik, kode, simbol, nomor, warna dan huruf. Tentu saja ini tergantung dari kebijakan masing-masing perpustakaan dan tergantung dari ruang atau rak buku di perpustakan. Ada pula yang mengklasifikasikan buku berdasarkan jenis pengarang atau penulis. 

6. Manfaat Klasifikasi Buku Perpustakaan Untuk Pengunjung

Adapun manfaat dari mengklasifikasi buku perpustakaan. Pertama, memudahkan pemustaka mencari buku tersebut diletakan di rak bagian mana. Klasifikasi juga digunakan untuk memanggil nomor di komputer. 

Prinsipnya memudahkan pemustaka atau pengunjung mencari. Hanya saja, demi mencapai semua itu, ada pengorbanan seorang pustakawan atau pegawai perpustakaan. Diantaranya, mereka harus melakukan inventarisasi, klasifikasi, labeling, input data ke komputer, dan melakukan penyajian online public access cataloging (OPAC), termasuk penataan koleksi rak.

Jadi, orang yang paling berjasa dalam kemudahan akses buku di perpustakaan adalah pustakawan. Tanpa mereka, kita pasti akan kesulitan dan memakan waktu lama mencari koleksi buku. Bisa jadi untuk menemukan satu buku, kita harus mencari dari rak satu ke rak lain dan membaca judul buku satu ke judul buku yang lain. Jika itu terjadi, bisa dibayangkan berapa lama kita akan menemukan buku yang kita cari. 

Setidaknya berkat kerja pustakawan melakukan klasifikasi buku perpustakaan, kita cukup mengetik judul buku yang dicari, atau mengetik nama penulis, akan muncul daftar yang kita cari secara lengkap terperinci. Kita pun juga langsung bisa mengetahui daftar panggil untuk menemukan buku lebih cepat. 

Baca juga : Contoh Notice Di Perpustakaan Beserta Penjelasannya

Cara Melakukan Klasifikasi Buku Perpustakaan

Salah satu panduan atau standar dalam mengelompokkan koleksi terutama buku di perpustakaan adalah Sistem Dewey Decimal Classification (DDC), supaya pendatang yang datang tidak kebingungan untuk mencari buku yang ingin dimilikinya.

Nah, dalam pengelompokan buku perpustakaan. Harus diperhatikan bebrapa hal. Tentukan subjek dengan menelaah buku terlebih dahulu supaya tidak salah. Kedua, buatlah 3 huruf di depan nama dan ambil 3 huruf awal nama penulis dan terakhir buatlah 1 huruf judul buku yang adqa diawal judul.

Dewey membagi menjadi 10 golongan utama dengan angka:

  1. 000 – 099 Karya Umum
  2. 100 – 199 Filsafat
  3. 300 – 399 Ilmu Sosial
  4. 400 – 399 Bahasa
  5. 500 – 599 Ilmu Murni
  6. 600 – 699 Pengetahuan Praktis
  7. 700 – 799 Kesenian dan Hiburan
  8. 800 – 899 Kesusastraan
  9. 900 – 999 Sejarah

Nah, itulah beberapa ulasan dan manfaat tentang klasifikasi buku perpustakaan yang tidak semua orang mengetahuinya. Setelah kita membaca artikel ini, kita pun jadi tahu, meski belum paham sepenuhnya secara prakteknya. Setidaknya dengan ilmu ini cukup memberikan pemahaman kita agar kita menghargai kerja pustakawan.

Dimana mereka bekerja untuk mengklasifikasi dan berjibaku dengan huruf, angka, kode dan symbol demi buku tersebut mudah ditemukan oleh pengunjung perpustakaan. Atau mungkin kamu ingin menjadi salah seorang pustakawan? Kamu harus siap dengan kesibukan dan teliti karena akan mendata dan melakukan pencatatan buku satu ke buku lainnya, sambil mencatat di komputer.

Kontributor : (Irukawa Elisa)

Referensi : 

  • Cara Klasifikasi Buku Dengan Mudah. Diakses dari https://dispusip.pekanbaru.go.id/cara-klasifikasi-buku-dengan-mudah/
  • Penggunaan Sistem Klasifikasi Antara Sistem Klasifikasi The National Technical Information Service dan Dewey Decimal Classification.
  • Majalah Visi Pustaka. Vol. 14 No. 3 – Desember 2012.
  • https://www.perpusnas.go.id/magazine-detail.php?lang=id&id=8259

Tinggalkan komentar