Batasi Pengeluaran dan Bayarlah Hutang

“Jika pengeluaran tidak dibatas, modal akan berkurang hingga habis tak bersisa.”

Hampir seluruh negara di dunia ini memiliki hutang. Sederhananya, hutang tersebut akibat dari lebih banyak tindakan serta kegiatan konsumtif dibandingkan dengan produtif (yang menghasilkan uang). Hutang ini semakin lama semakin menggelembung, dan generasi penerus, generasi mendatanglah yang akan terbebani dengan hutang tersebut, pajak meningkat. Herannya, sebenarnya kemana larinya uang pembayaran hutang itu? Dan negara-negara di dunia ini sebenarnya hutang ke siapa?

Bicara mikro, keluarga merupakan aset paling berharga bagi setiap orang (yang menyadarinya). Bersama keluarga kita dapat merasakan kebahagiaan sejati, bukan dengan orang lain. Demikian pula dengan pengeluaran, sudah sewajarnya kita mengeluarkan pendapatan kita untuk membahagiakan keluarga terlebih dahulu, kemudian tetangga, dan kemudian kegiatan sosial keagamaan (kecuali pembayaran zakat, infaq, sodaqoh dalam agama Islam).

Sebagai aset yang paling berharga, sudah selayaknya kita memberikan keterampilan dalam mengelola uang, mengontrol pengeluaran di setiap anggota keluarga kita, mulai dari yang terkecil, pasangan hidup, maupun orang tua. Cara termudah adalah, ajari mereka (dan diri sendiri) untuk disiplin dalam membuat daftar segala yang masing-masing beli, hingga uang terakhir di pegang saat ini (jurnal keuangan, saldo; debit; kredit). Dengan diterapkannya cara sederhana ini untuk setiap orang, mereka akan lebih sadar kemana uang-uang itu mengalir keluar, dan dengan sendirinya akan lebih peka menahan diri dalam melakukan pengeluaran.

Selanjutnya, bayarlah hutang. Jauh lebih baik membayar serta melunasi hutang-hutang terdahulu daripada membeli barang baru, apalagi jika barang baru itu dibeli dengan hutang baru (kredit). Berhati-hatilah dengan hutang, karena setiap orang yang terlilit hutang, biasanya kurang bisa membedakan mana yang hitam dan mana yang putih. Dimata mereka, semuanya abu-abu.

Tinggalkan komentar